CaeLeaCeaR

~Cerita bahagia saat kita bersama dan duka saat kita berpisah~

Kamis, 20 Juni 2013

Naskah Drama


Wuahh.. jadi mahasiswi = ga bisa maen drama lagi T_T
Drama adalah salah satu pemanis masa2 SMP & SMA :(
Postingan kali ini daku akan memberikan naskah drama yang kubuat untuk ujian praktek bahasa Indonesia :)
Drama dengan jumlah pemain 11 orang, mau dibuat kurang dari 11 orang bisa kok ^^
Tinggal editing sendiri oke?

Naskah ini ga orisinil buatanku, thank's alot to Mizuho Kusanagi-sensei atas komik buatannya NG Life yang memberikan gadis malang tanpa api kehidupan ini ide lunar biasa T_T #jitak!
*ehem intinya, naskah drama ini di adopsi dari komik NG Life karya Mizuho Kusanagi-sensei :)
Banyak dialog2 di komik Kusanagi-sensei yang daku paste untuk dijadikan naskah drama ^_^
Oke deh, yang lagi kesulitan untuk buat naskah drama, daku persilahkan menggunakan naskah ini dengan catatan jangan mengaku-ngaku naskah ini buatan sobat, oke? :) 
Walau naskahnya saya yang buat tetap saja inti cerita dan dialog mayoritas hasil buah pikiran Kusanagi-sensei, bukan saya -,-
Jadi tolong, mari kita sama-sama menghormati pembuat cerita aslinya ^^

Judul : The Final Day of Pompeii
Pemeran :
· Sirix Lucretius Fronto : Moch. Yusuf
· Aria : Ariska Setiana
· Selena : Yessy Anggiana
· Smyrna : Puti Tahira Amalia
· Loreius : Erik Arifin
· Thyna : Rosalina
· Raoul Lucius Verus : Dimas Andre Pamungkas
· Aglaia Felix : Dwi Rika Khairunnisa
· Dilos Britius : Rio Agustin Pratama
· Daios : Agung Ferdiansyah
· Nora : Rio Agustin Pratama
· Lissa Britius : Kania Yusriani Amalia
· Marcus : Agung Ferdiansyah

Note : dalam komik NG Life tidak ada tokoh bernama Lissa Britius yang ada Albanus Britius. Daku mengubah nama karena keadaan T_T #maafkansayakusanagisensei

Yakk, ini dia naskahnya! :)
Happy copas ~(^O^)~

Lissa : Dilos, mengabdilah pada keluarga Felix. Temui Aglaia dan bersumpah setialah padanya.

Dilos : (menunduk) aku mengerti...

Lissa : Ingatlah Dilos. Kau adalah kebanggaanku... Kebanggaan kaummu... Buatlah aku serta kaum kita lebih bangga lagi. (memegang pundak Dilos)

Dilos : Baik... Ibu.

Cerita ini dimulai pada tahun 76 masehi di Pompeii, salah satu kota di Italia. Pompeii merupakan kota indah di sebelah timur Gunung Vesuvius. Wilayah yang cukup besar jumlah penduduknya ini adalah kota yang makmur karena daerah pertaniannya subur. Pompeii juga mempunyai permukaan tanah yang tidak datar, dikarenakan posisinya yang berada di kaki Gunung Vesuvius. Sayang kota indah ini masih penuh dengan kemerosotan moral dan perbudakan.

"Tak ada apa-apa. Tak ada keluarga, orang yang dicintai, juga arti kelahiranku ini. Juga tak ada dewa tempat aku bersumpah Itu sebabnya aku jatuh ke dunia ini, hanya untuk membusuk... "

Selena : Loreius!

Loreius : Lama tak jumpa, Selena.

Selena : Hari ini ada urusan apa?

Loreius : Aku menyampaikan hadiah... (membuka kotak) Dari Tuan Daios untukmu.

Selena : Ah... padahal sudah kutolak berkali-kali...

Loreius : Ya, begitulah.

Selena : (melihat tangan Loreius) Tanganmu terluka, Loreius!

Loreius : Luka? Aku tidak terluka. (melihat tangannya) Karena budak bukanlah manusia.

Selena : Tuan Daios bilang begitu? Budak maupun bangsawan pasti terluka kalau di cambuk. Sama-sama sakit... Hal ini tak termaafkan...

Loreius : (senyum) Selena, sejak dulu kau sangat baik padaku. Tapi kau harus sadar. Ucapanmu bisa mengundang petaka. Apalagi Tuan Daios mengincarmu.

Selena : Aku benci manusia tak berhati! Aku tidak takut mengatakan hal yang benar.

Loreius : (diam) Selena hebat, ya. (senyum)

Smyrna : Menjauhlah dari Selena... Bocah! Berani-beraninya kau mendekati Selena...

Loreius : Ka.. Kak Smyrna..

Smyrna : Berani-beraninya kau mendekati Selena...

Loreius : (gugup) Aku dan Selena hanya berteman, kok!

Selena : Betul, kakak!

Smyrna : Tak ada laki-laki yang tak terpesona dengan kecantikan Selena.

Loreius : Sudah ya, Selena. Aku pergi dulu.

Smyrna : Kau kabur, pengecut!

Selena : Loreuis, lukamu...

Loreius : Tak apa-apa!

Walau tak tahan dengan sikap majikannya, tetapi Loreius tetap mengabdi padanya karena itulah satu-satunya cara agar dia bisa bertemu dengan Selena. Majikannya, Tuan Daios, sangat ingin memperistri Selena. Namun, hati kecil Loreius tak menginginkan hal tersebut terjadi. Dalam renungannya di perjalanan pulang, tiba-tiba Loreius menabrak seseorang.

Loreius : Ah, maaf.

Sirix : (terjatuh)

Loreius : Eh... (jatuh bersama

Sirix : Kau tak apa-apa?

Loreius : Aku baik-baik saja...

Sirix : Oh, begitu... Syukurlah... (melihat tangan Loreius) Kenapa lukamu itu?

Loreius : Oh... Majikanku ringan tangan.

Sirix : Parah, dagingnya koyak.

Loreius : Bukan luka parah. Lagipula budak hanyalah barang.

Sirix : Darah yang merah membuktikan kalau kau ini manusia. Jangan sebut dirimu barang. Kalau kau terluka, pasti ada orang yang sedih.

Loreius : Tidak ada... (menunduk)

Sirix : Ada. Misalnya aku. (senyum)

Loreius : Hei, kita kan baru saja bertemu.

Sirix : (senyum)

Loreius : Kau orang aneh.

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Loreius teringat akan kata-kata pemuda tersebut. Loreius merasa ucapan laki-laki tersebut seindah ucapan orang munafik, namun anehnya Loreius tidak merasa muak. Karena saat melihat matanya yang lugu dan mendengar suaranya yang hangat, Loreius yang terbiasa sendiri menjadi merasa kesepian.

Daios : Nora! Apa yang kau lakukan?! Kau membuang masakan ke lantai! Padahal malam ini aku akan menjamu para Aedile!

Nora : Mohon Maaf, Tuan.

Daios : Kau ingin kubuang ke arena pertarungan, hah!

Nora : Ja... Jangan, Tuan... Aku pasti akan segera terbunuh...

Loreius : Tuan Daios. Lengan Nora sakit.

Daios : Lengan?

Loreius : Dia harus mengangkat masakan untuk 4 orang tamu sekaligus. Lengannya kecil, mana sanggup melakukannya...

Daios : Loreius... Kau betul-betul menganggu pemandangan.

Akhirnya Loreius pun dihajar setengah mati. Teringat akan kata-kata orang yang dia temui sore itu bahwa kalau dia terluka, pasti ada orang yang bersedih. Namun Loreius tetap percaya bahwa tidak ada satu orang pun yang akan sedih bila dirinya terluka.

Loreius : (Memejamkan mata, kemudian membuka matanya lagi) Orang bodoh...

Sirix : Siapa yang bodoh! Syukurlah kau masih hidup... Tadi aku lewat dan melihatmu pingsan... Aku bingung. Syukurlah... Kau masih hidup.

Loreius : Kenapa...

Sirix : Kenapa malah tanya! Lagi-lagi kau dianiaya majikanmu, ya!

Loreius : Tak apa-apa...

Sirix : Kenapa kau diam saja! Kau harus punya semangat hidup! Karena kau hidup!

Laki-laki itu pun membawa Loreius ke rumah tabib untuk diobati. Setelah itu Loreius pamit untuk pulang. Dan keesokan harinya...

Loreius : Selena! Hari ini aku datang main.

Selena : Betul? Senangnya! Padahal kau tak pernah datang kalau tidak di perintah. Ada apa? matamu berbinar-binar.


Loreius : Aku bertemu orang yang lucu. Aku ingin mempertemukannya denganmu.

Selena : Pasti menyenangkan. Loreius, Lukamu makin parah...

Daios : Ternyata begitu, ya... Loreius?

Loreius : Tuan Daios

Daios : Kukira Selena tak memberiku jawaban... Ternyata kau pura-pura menyampaikan hadiah, tapi malah menggoda pujaan hati majikanmu.

Selena : Bukan! Loreius...

Daios : Kau melindunginya, Selena? Menjengkelkan...

Loreius : Aku memang mengantarkan hadiah dari Anda... Tuan Daios. Aku tak akan menyerahkan Selena padamu.

Daios : Kau... Dia penjahat besar! Tangkap dia! Dia menipu Selena untuk berkomplot melawanku!

Selena : Tunggu, Loreius sama sekali tidak...

Daios : Selena kau beruntung. Kau akan jadi istri Aedile berikutnya. (melihat kearah Loreius) Kuberi kau kesempatan terakhir untuk hidup, Loreius. Meski tak ada kemungkinan untuk selamat...

Loreius dibawa ke arena pertarungan, dimana semua penjahat akan di hukum mati dengan disaksikan oleh penduduk Pompeii. Loreius bertekad untuk tetap hidup agar Selena tidak diambil oleh Daios. Namun, betapa terkejutnya dia saat pemuda yang dikenalnya memasuki arena.

Narator : Inilah pertunjukkan utama hari ini! Inilah petarung terkuat di Pompeii! Sirix Lucretius Fronto!

Penonton : Sirix! Sirix! Sirix! Sirix!

Loreius : Kau... Kenapa di sini... Kenapa ksatria seperti kau ikut serta dalam pembantaian seperti ini! (bertarung) Itu... mimpi? Ucapan dan senyumanmu waktu itu... Hanya ilusi! (bertarung) Tapi gara-gara siapa... Aku jadi tak ingin mati... Aku... Tak akan mati! (diam) Apa... Sirix... Sirix? (Sirix tertusuk)

Sirix : Apa... yang kau lakukan... Cepat tebas aku!

Loreius : Kenapa kau...

Sirix : Aku berharap kau punya semangat hidup. Tadi kau bilang kau tak ingin mati. Harapanku terkabul. Kau... Tak membiarkan dirimu terbunuh.

Loreius : Kau memang bodoh... Ceroboh... Kalau omonganmu selugu itu... Aku tak ragu lagi menikammu... (Loreius menikam dirinya sendiri)

Setelah kejadian itu Sirix dan Loreius di bawa ke tempat tabib. Mereka mendapatkan perawatan dari tabib dan 3 jam kemudian Loreius mulai siuman.

Selena : Loreius... Syukurlah...

Loreius : Selena? Kenapa...

Selena : Tuan Raoul menyelamatkanmu.

Raoul : Huh... Aku tak pernah dengar ada orang mau bunuh diri di arena pertarungan.

Loreius : Dia...! Sir...

Raoul : Kau semangat sekali, padahal perutmu bolong.

Loreius : Sirix... Hidup?

Raoul : Ya, kau harus berterima kasih pada Nona Aglaia Felix.

Loreius : Aglaia?

Selena : Beliau dari keluarga bangsawan Pompeii. Dia mengatur agar kalian berdua tidak tewas.

Loreius : (menatap Sirix) Kalau kau berbuat begitu... Terpaksa... Aku harus hidup demi kau.

Loreius yang tak punya semangat hidup, kini jadi memiliki alasan untuk hidup karena Sirix. Setelah beberapa hari, luka mereka sembuh. Mereka pun menjadi sahabat yang sangat dekat. Dan Nona Aglaia mengangkat mereka menjadi pengawalnya.

Aglaia : Kenalkan. Namanya Dilos. Sejak setengah tahun lalu dia mengabdi untuk keluarga Felix. Dilos, mereka Sirix dan Loreius. Mulai sekarang, mereka mengabdi sebagai pengawal baruku.

Sirix : Mohon kerjasamanya.

Dilos : Nona Aglaia... Tolong jangan pungut anjing menyedihkan lagi.

Sirix : Apa...

Loreius : Sabar, Sirix...

Pertemuan pertama Sirix dan Loreius dengan Dilos berakhir singkat dan kurang menyenangkan. Sirix dan Loreius sering sekali bentrok dengan Dilos karena mereka sangat bertentangan dengan Dilos.

Di suatu hari saat Sirix sedang berada di puncak bukit. Loreius dan Aria datang mendekat.

Loreius : Sirix... Sirix!

Sirix : (kaget) Loreius. Aria.

Loreius : Kenapa kau bengong saja?

Aria : Ada apa, kakak?

Sirix : Ada perempuan di rumah tabib. Siapa dia?

Loreius : Oh, Selena?

Sirix : Kau kenal dia?!

Loreius : Ya, dia terkenal dengan kecantikannya. Banyak laki-laki berkerumun ingin di rawat. Gadis yang cantik dan baik, seperti bidadari. (melihat Sirix) Naksir, ya?

Sirix : Eh?!

Aria : Ah, laki-laki itu!

Sirix : Siapa?

Aria : Kakak tak tahu apa-apa, ya! Dia Raoul Lucius Verus, anak keluarga terhormat di Pompeii.

Loreius : (mendorong Sirix) Muncul saingan! Sana ajak dia ngobrol, Sirix!

Sirix : Hei, aku tak usah...

Aria : Dia terkenal suka menggombali gadis-gadis. Siapa saja boleh mengajak si cantik bicara, kan?

Loreius : Rebut dia dari tangan Raoul!

Sirix : Mana bisa!

Aria : Kakak, nanti Selena diambil laki-laki itu!

Sirix : A... Apa...

Loreius : Ya, sudah kalau kau tak mau. Kita latihan saja, Sirix. Aria, kau pulang saja duluan... (mengedipkan satu mata)

Tanpa banyak protes Aria pun pulang dan Loreius pun berlatih pedang dengan Sirix, namun tiba-tiba Loreius memukul Sirix dari belakang. Sirix pun pingsan dan tak sadarkan diri.

Loreius : Sirix. Sirix. Kau sudah siuman? Kau tak apa-apa?

Sirix : Lo... Loreius? (melihat sekeliling) Ini... Pompeii?

Loreius : Tentu saja! Kau shock karena kepalamu kupukul, ya?!

Sirix : Eh iya, kepalaku nyut-nyutan.

Loreius : Hm, berarti aku memukulmu terlalu keras.

Sirix : Kau yang memukulku?!

Loreius : (Tertawa)

Sirix : Jangan tertawa!

Selena : Kau sudah siuman? Aku datang untuk memperbaiki perbanmu.

Sirix : Se... Selena...

Selena : Oh, kau tahu namaku?

Loreius : Tentu saja! Tiap hari dia melihatmu dari bukit disana...

Sirix : (tersipu) Loreius!

Selena : (mengganti perban) semoga cepat sembuh. Nah, aku pergi dulu.

Loreius : Bagaimana? Semua lancar, kan? Kalau begini kau jadi kenal dengan Selena, kan.

Sirix : Loreius, kau sengaja...

Loreius : Nanti malam traktir aku ya.

Sejak saat itu, Sirix dan Selena pun menjadi semakin dekat. Suatu hari Sirix yang tak dapat membendung perasaannya lagi mencoba melamar Selena dengan cara datang menemui Smyrna, kakak kandung Selena yang sangat membenci semua laki-laki yang berani mendekati Selena.

Smyrna : Berani sekali kau mengincar Selena-ku yang manis.

Selena : Kumohon, kakak! Izinkan aku dan Tuan Sirix...

Smyrna : Selena kau gadis yang baik membiarkan anjing liar ini seenaknya. Tapi si anjing ini sudah besar kepala. Harus diberi pelajaran

Selena : Hentikan! Tuan Sirix bisa mati!

Smyrna : Biar saja dia mati. Aku benci laki-laki. Serangga ini tak pantas untukmu Selena. Biarlah Smyrna yang manis ini... membuatmu jadi umpan singa.

Selena : Kakak! Kumohon hentikan. (memeluk Smyrna)

Smyrna : Selena...

Selena : Kumohon kakak...

Smyrna : Huh. Sirix!! Aku akan mengizinkanmu menikah dengan Selena... Itupun kalau kau menang bertarung melawan singa.

Sirix : Aku mengerti.

Sirix pun menerima tawaran tersebut. Jadwal pertandingannya dengan singa lapar telah disebarkan ke seluruh kota oleh Raoul sebagai keponakan Duoviri yang sedang berkuasa saat itu. Setelah mendapat kabar tersebut Aria langsung menemui Raoul.


Aria : Kumohon, Tuan Raoul... Hentikan pertandingan itu... Jangan paksa kakak bertarung dengan singa.

Raoul : Buat apa aku melakukannya. Kalau Sirix mati, aku punya kesempatan mendapatkan Selena

Aria : Kenapa Anda...

Sirix : Aku takkan mati meninggalkan Selena dan Aria. Kalau aku mati, kau juga akan kesulitan sebagai penyelenggaranya kan?

Raoul : Jadi kau bisa mengalahkan singa terbuas?

Sirix : Tentu saja, aku tak akan membuat malu nama ksatria Pompeii.

Raoul : Kalau begitu kusiapkan pertandingannya. Aria, jangan hanya berkeluh kesah.

Aria : Apa...

Raoul : Sirix Lucretius Fronto tak akan ingkar janji. Sayang sekali.

Raoul pun pergi berlalu. Sirix dan Aria pun pulang kerumah mereka. Keesokannya harinya, hari dimana pertandingan berlangsung. Sirix menang telak melawan singa itu. Smyrna tak dapat berbuat apa-apa atas semua yang telah terjadi. Sirix dan Selena pun menikah dengan upacara yang sederhana. Di bawah guguran kelopak bunga Almond yang menari menghiasi kota Pompeii, bagaikan sayap malaikat. Upacara yang sederhana namun begitu hangat. Loreius, Aria, Nona Smyrna, Tuan Raoul, Nona Aglaia, Dilos dan tentu saja Selena, turut menyaksikan keindahan kota mereka tercinta. Namun kebahagiaan mereka tak lama lagi sirna.

Tanggal 23 Agustus tahun 79, Kota Pompeii, Italia. Kota itu dicekam hawa panas dan kesunyian yang tak tenang.

Selena : Tuan Sirix. Ada apa?

Sirix : Burung...

Selena : Huh?

Sirix : Tak ada burung. Suasana Gunung Vesuvius beda dari biasanya... Untuk beberapa alasan... Aku punya firasat buruk.

Terbebas dari pertarungan antar gladiator yang berat, sekarang Sirix hidup sebagai pengawal keluarga Felix, dan menikah dengan Selena.

Sirix : Selena. Aku takkan pulang malam ini, kau akan baik-baik saja? Aku harus patroli jaga malam acara makan malam keluarga Felix.

Selena : Ya.

Sirix : Kita jadi jarang bersama...

Selena : Tidak. Kita selalu bersama. Lagi pula kakakku sudah datang.

Sirix : Kenapa kau datang setiap hari... Kakak ipar Smyrna?

Smyrna : Kau keberatab? Selena yang malang harus menikah dengan laki-laki tak berkuasa seperti ini. Ngomong-ngomong, pemilihan Duoviri akan tiba -- Apa yang Aglaia lakukan?

Sirix : Ya. Ayahnya Tuan Gaius adalah kandidat terkuat Duoviri selanjutnya. Malam ini, para calon duoviri dan duoviri saat ini akan makan malam bersama. Nona Aglaia juga akan hadir sebagai anggota keluarga Felix. Banyak yang bilang, Tuan Gaius didukung banyak orang karena kharisma Nona Aglaia yang mendapatkan kepercayaan rakyat.

Smyrna : Tapi calon duoviri lainnya, Albanus Britius. Sejak dulu tak pernah akur dengan keluarga Felix. Banyak kabar burung tentang dia. Apa Aglaia akan baik-baik saja?

*Duoviri = Dua orang yang paling berkuasa di Pompeii

Sirix : Untuk itu aku ada disana. Aku, Sirix, akan melindungi Nona Aglaia... Dengan nyawaku.

Smyrna : Dengan nyawamu ya? Aglaia adalah temanku yang berharga juga, tetapi... Jangan buang nyawamu hanya untuknya.

Sirix : Aku mengerti. Karena aku takkan meninggalkan Selena sendirian. Dan, Nona Smyrna... Aku berharap bisa melindungimu juga.

Smyrna : (Gugup) Aku... Aku tak butuh perlindunganmu! Sana pergi!

Sirix : Ya. Aku akan pergi sekarang. (bow)

Thyna : Ah!

Sirix : Maaf!

Thyna : (menutup mata)

Sirix : Ada apa? Wajahmu terluka?

Selena : Thyna! Kamu datang!

Sirix : Selena, sepertinya wajahnya terbentur...

Selena : Tidak, bukan itu. Dia temanku, dia orang yang pemalu. Dia baik-baik saja.

Sirix : Baiklah, kalau begitu.

Di rumah keluarga Felix.

Sirix : Pestanya sungguh meriah.

Loreius : Tuan Gaius bahkan sedikit mabuk.

Sirix : Itu dia, Loreius. Salah satu calon Duoviri. Albanus Britius. Keluarga Britius sudah lama bertentangan keluarga Felix. Konon mereka terlibat politik kotor. Jangan lepaskan pengawasanmu darinya malam ini.

Loreius : Oke. Hey, Sirix. Apakah Aria baik-baik saja?

Sirix : Aria? Akhir-akhir ini dia sering uring-uringan.

Loreius : Seperti dugaanku.

Sirix : Seperti dugaanmu?

Loreius : Karena Raoul baru saja menikah beberapa hari lalu.

Sirix : Kenapa pernikahan Raoul ada hubungannya dengan Aria?

Loreius : Sirix, kau sungguh tolol. Perhatikan apa yang ada di sekitarmu!

Sirix : Aku mungkin kurang perhatian, pasti, tetapi...

Aglaia : Kalian sangat akrab seperti biasanya.

Sirix & Loreius : Nona Aglaia.

Loreius : Oh ya! Fresko untuk kamar tidur Anda telah selesai, Nona Aglaia. Pergi dan liatlah nanti, oke? Aku sangat membanggakannya.

Aglaia : Baiklah, akan kulihat nanti. Kau lebih cocok memegang kuas cat dibanding pedang..

Marcus : Nona Aglaia.

Aglaia : Tuan Marcus.

Marcus : Pesta makan malam yang mengesankan. Sepertinya kita sudah bisa menentukan siapa duoviri yang baru. Kalau kau menjadi milikku malam ini... Kupastikan kemenangan akan jatuh ketangan ayahmu.

Dilos : Maaf, Tuan Marcus. Mungkin Anda bisa minum anggur di tempat lain?

Marcus : Lepaskan aku orang hina! Aku tidak mabuk!

Dilos : Anda lelah? Anda harus beristirahat di kamar.

Aglaia : Kau benar. Aku harus melihat hasil karya Loreius juga.

Saat Aglaia sedang melihat-lihat hasil fresko Loreius, Tak sengaja dia menemukan tubuh Tuan Marcus sedang bersender ke dinding dengan luka tusukan di dada oleh belati milik Aglaia. Karena hal itulah Aglaia di jebloskan dipenjara. Dia diduga telah membunuh Tuan Marcus.

Sirix : Itu perangkap! Mana mungkin Nona Aglaia membunuh orang!

Loreius : Nona Aglaia telah di penjara. Kurasa kita tak bisa bertemu dengannya.

Sirix : Aku takkan membiarkan hal ini terjadi! Ayo Loreius

Loreius : Ya!

Sirix dan Aglaia menyusup kedalam penjara. Tiba-tiba Sirix mendengar suara Seseorang.

Lissa : Kau sangat tidak beruntung, Nona Aglaia. Untuk terlahir di keluarga Felix. Takdir yang menyedihkan...

Aglaia : Takdir? Memanipulasi takdir dengan membunuh seseorang dan menjebakku?

Lissa : Aku tak membunuh siapapun. Aku tak meninggalkan tempatku selama pesta.

Aglaia : Kau menyuruh bawahanmu untuk melakukannya! Jika aku dituduh sebagai kriminal posisi ayahku untuk menjadi Duoviri akan berakhir. Itukah rencanamu?!

Lissa : Kau terlalu banyak di cintai. Aglaia yang baik hati. Itu membuatku ingin muntah. Jadi, aku menanam bibit beracun... Di tempat yang paling dekat denganmu.

Aglaia : Bibit?

Lissa : Bukankah kau menyayanginya? Bibitku, Dilos Britius.

Aglaia : (shock) Di... Los...

Lissa : Orang yang berada disisimu, mendapat kepercayaanmu, membunuh seseorang di ruanganmu, menjebakmu... Yang melakukan itu semua adalah anakku, Dilos!!!

Dilos : Siapa disana?! ...Kalian berdua...

Sirix : Dilos, katakan padaku... Katakan padaku bukan itu maksudmu mendekati Nona Aglaia!!!

Dilos : Tidak. Semua... demi perangkap untuk keluarga Felix. Sesuai perintah!!

Lissa : Bunuh mereka, Dilos. Buat aku bangga. Bunuh mereka!!

Aglaia : Sirix!!

Sirix : Kenapa? Untukmu, Nona Aglaia...

Dilos : Tutup mulutmu!

Sirix : Bagaimana bisa kau... Padahal... Aku masih menganggapmu sebagai teman...!!

Aglaia : Sirix!!

Loreius : Sirix. Pergi! Pergi dan katakan pada Duoviri bahwa Nona Aglaia tidak bersalah! Aku akan melawan Dilos untukmu!

Sirix : Aku akan kembali secepatnya... Jadi lebih baik kau tidak mati!!

Sirix pun pergi meninggalkan Loreius. Dia sangat berharap Loreius bisa bertahan. Namun, saat hendak mencari Duoviri, tiba-tiba Pompeii bergetar. Dari arah Gunung Vesuvius terlihat asap hitam dan suara raungan yang keras. Tidak ada orang yang tahu bahwa hari itu akan menjadi hari terakhir kota Pompeii yang mereka sayangi.

Raoul : Sirix!

Sirix : Ra... oul... Tuanku Raoul! Dimana Tuan Claudius?

Raoul : Pamanku sedang mengumpulkan informasi untuk situasi ini.

Sirix : Awas!! Apakah Anda baik-baik saja...?

Raoul : Ya... Sirix, kau terluka...

Sirix : Aku baik-baik saja. Tetapi Nona Aglaia...

Raoul : Apakah kau mengerti apa yang sedang terjadi, Sirix? Lihat sekelilingmu! Pompeii akan hancur.

Sirix : Tetapi, Nona Aglaia...

Raoul : Bagaimana dengan Selena? Mungkin saja dia masih menunggumu kembali. Apakah aku salah? Pilih Sirix. Kau hanya bisa melindungi satu hal.

Sirix : Jika saya meninggalkan mereka sekarang... Aku takkan pernah memaafkan diriku.

Raoul : (tersenyum) Bawa ini bersamamu. Kunci penjara Aglaia.

Sirix : Ap...

Raoul : Sirix Lucretius Fronto. Kau orang yang sangat menarik. Kita akan bertemu lagi.

Sirix : Ya...! Ya, lagi...

Dengan kunci pemberian Raoul Sirix pun berlari kembali ke tempat Aglaia dan Loreius berada. Namun tiba-tiba dia mendengar suara Selena.

Selena : Tuan Sirix!

Sirix : Selena! Selena!!

Selena : Tuan Sirix.

Mereka pun bertemu dan kembali kerumah mereka.

Sirix : Dimana Aria?

Selena : Dia baru saja pergi, dia bilang ingin mencari Tuan Raoul.

Sirix : Selena, larilah kau bersama yang lain ke pelabuhan. Aku masih harus pergi.

Selena : Aku akan menunggumu disini.

Sirix : Mungkin aku tak akan kembali!

Selena : Kalau begitu... Aku juga tak akan berada di dunia ini sedetik lebih lama. Kalau kau ingin aku hidup, kembalilah padaku. Tuan Sirix adalah alasan aku dilahirkan. Aku akan menunggumu selamanya

Kemudian Sirix berlari menuju penjara bawah tanah tempat Aglaia dan Loreius berada, dan hal mengejutkan pun terjadi.

Aglaia : Sirix, Loreius... Selamatkan Loreius...

Sirix : Loreius!!

Loreius : Sirix... Tenang saja, aku belum mati.

Sirix : Dilos.

Loreius : Dilos tidak melakukannya. Karena Dilos tidak bergerak, perempuan itu yang menusukku.

Setelah mendengar penjelasan Loreius. Sirix pun melepaskan rantai yang mengikat Aglaia kemudian membawa Loreius pergi. Namun sebelum sempat keluar, atap ruangan tersebut runtuh. Dengan sengaja Aglaia melempar Sirix dan Loreius keluar. Dia berpesan pada Sirix untuk menjaga Loreius dengan baik.

Loreis : Sirix... Aku baik-baik saja. Pergilah ketempat Selena.

Sirix : Kita akan pergi bersama.

Loreius : Sirix, aku mohon. Aku ingin kau bahagia... Aku ingin kau dan Selena bahagia. Aku sudah cukup... baha... gia.

Sirix : Loreius?!

Thyna : Kau berlumuran darah. Kau bisa bergerak?

Sirix : Tidak, aku...

Thyna : Aku akan membawamu ketempat Selena. Karena aku tahu jalan walau ditempat yang gelap sekalipun.

Sirix : Huh?

Thyna : Aku teman Selena. Kota ini akan hancur. Walaupun aku mati, itu tidak berati bagiku. Aku tak perlu repot-repot melarikan diri. Tetapi Selena... Ada apa?

Sirix : Aku tak bisa pergi kesana.

Thyna : Kau Sirix kan? Kau takkan pergi dimana Selena berada? Atau kau ingin bilang bahwa ada hal yang lebih penting daripada Selena?! Sirix...?

Sirix : Kau teman Selena kan? Kau mungkin akan berpikir aku tak bertanggung jawab namun, jika kau tak berniat pindah dari kota ini maukah kau tetap berada di sisi Selena? Jangan biarkan dia mati sendirian sambil menungguku yang tak pernah kembali. Aku mohon.

Thyna : Aku... sangat iri terhadap Selena. Cantik, baik, bisa menikahi orang sepertimu. Mungkin orang sepertiku masih bisa berguna untuk beberapa orang. Aku harus berada di sisi Selena kan?

Sirix : Kau...?

Thyna : Aku Thyna. Terima kasih. Untuk pertama kalinya dalam hidupku... Aku telah diberi sebuah tugas.

Sirix : (Mati)

Thyna : Disini. Sebelah sini. Selena, cepat!

Selena : Tuan Sirix! Loreius!

Thyna : Benar kan?

Selena : Semua berkatmu yang berkata "ayo pergi" dan menarikku kemari, Thyna.

Thyna : Itu tugas yang diberikan Sirix padaku.

Selena : Terima Kasih, Dewa.

Tidak ada satu orang pun yang selamat dari kejadian itu. Abu vulkanik Gunung Vesuvius menimbum kota Pompeii yang mereka cintai. Cerita ini hanyalah fiksi belaka, namun kota Pompeii bukanlah fiksi. Pompeii merupakan kota kuno yang tertutup abu selama 16 abad di Italia. Cerita tragis Pompeii yang penuh dengan kemerosotan moral berakhir pada 23 Agustus 79 Masehi.
-End-

Waduh.. panjang amat ya? :o
Daku lupa durasinya berapa, yahh, itung aja sendiri oke! :D
Nyahaha! Jya nee~!


Regards,
Kya

2 komentar:

  1. hahahaha

    BalasHapus
  2. wuohh, wuohh, wuohh XO
    kita kedatangan tamu :D
    welcome to CaeLeaCeaR, Bang Yusuf pemeran Sirix Lucretius Fronto ;D

    BalasHapus