Wuahh..
jadi mahasiswi = ga bisa maen drama lagi T_T
Drama
adalah salah satu pemanis masa2 SMP & SMA :(
Postingan
kali ini daku akan memberikan naskah drama yang kubuat untuk ujian praktek
bahasa Indonesia :)
Drama
dengan jumlah pemain 11 orang, mau dibuat kurang dari 11 orang bisa kok ^^
Tinggal
editing sendiri oke?
Naskah
ini ga orisinil buatanku, thank's alot to Mizuho Kusanagi-sensei atas komik
buatannya NG Life yang memberikan gadis malang tanpa api kehidupan ini ide
lunar biasa T_T #jitak!
*ehem
intinya, naskah drama ini di adopsi dari komik NG Life karya Mizuho
Kusanagi-sensei :)
Banyak
dialog2 di komik Kusanagi-sensei yang daku paste untuk dijadikan naskah drama
^_^
Oke deh,
yang lagi kesulitan untuk buat naskah drama, daku persilahkan menggunakan
naskah ini dengan catatan jangan mengaku-ngaku naskah ini buatan sobat, oke?
:)
Walau
naskahnya saya yang buat tetap saja inti cerita dan dialog mayoritas hasil buah
pikiran Kusanagi-sensei, bukan saya -,-
Jadi
tolong, mari kita sama-sama menghormati pembuat cerita aslinya ^^
Judul :
The Final Day of Pompeii
Pemeran
:
· Sirix
Lucretius Fronto : Moch. Yusuf
· Aria
: Ariska Setiana
·
Selena : Yessy Anggiana
·
Smyrna : Puti Tahira Amalia
·
Loreius : Erik Arifin
· Thyna
: Rosalina
· Raoul
Lucius Verus : Dimas Andre Pamungkas
·
Aglaia Felix : Dwi Rika Khairunnisa
· Dilos
Britius : Rio Agustin Pratama
· Daios
: Agung Ferdiansyah
· Nora
: Rio Agustin Pratama
· Lissa
Britius : Kania Yusriani Amalia
·
Marcus : Agung Ferdiansyah
Note :
dalam komik NG Life tidak ada tokoh bernama Lissa Britius yang ada Albanus
Britius. Daku mengubah nama karena keadaan T_T #maafkansayakusanagisensei
Yakk, ini
dia naskahnya! :)
Happy
copas ~(^O^)~
Lissa :
Dilos, mengabdilah pada keluarga Felix. Temui Aglaia dan bersumpah setialah
padanya.
Dilos :
(menunduk) aku mengerti...
Lissa :
Ingatlah Dilos. Kau adalah kebanggaanku... Kebanggaan kaummu... Buatlah aku
serta kaum kita lebih bangga lagi. (memegang pundak Dilos)
Dilos :
Baik... Ibu.
Cerita
ini dimulai pada tahun 76 masehi di Pompeii, salah satu kota di Italia. Pompeii
merupakan kota indah di sebelah timur Gunung Vesuvius. Wilayah yang cukup besar
jumlah penduduknya ini adalah kota yang makmur karena daerah pertaniannya
subur. Pompeii juga mempunyai permukaan tanah yang tidak datar, dikarenakan
posisinya yang berada di kaki Gunung Vesuvius. Sayang kota indah ini masih
penuh dengan kemerosotan moral dan perbudakan.
"Tak
ada apa-apa. Tak ada keluarga, orang yang dicintai, juga arti kelahiranku ini.
Juga tak ada dewa tempat aku bersumpah Itu sebabnya aku jatuh ke dunia ini,
hanya untuk membusuk... "
Selena
: Loreius!
Loreius
: Lama tak jumpa, Selena.
Selena
: Hari ini ada urusan apa?
Loreius
: Aku menyampaikan hadiah... (membuka kotak) Dari Tuan Daios untukmu.
Selena
: Ah... padahal sudah kutolak berkali-kali...
Loreius
: Ya, begitulah.
Selena
: (melihat tangan Loreius) Tanganmu terluka, Loreius!
Loreius
: Luka? Aku tidak terluka. (melihat tangannya) Karena budak bukanlah manusia.
Selena
: Tuan Daios bilang begitu? Budak maupun bangsawan pasti terluka kalau di
cambuk. Sama-sama sakit... Hal ini tak termaafkan...
Loreius
: (senyum) Selena, sejak dulu kau sangat baik padaku. Tapi kau harus sadar.
Ucapanmu bisa mengundang petaka. Apalagi Tuan Daios mengincarmu.
Selena
: Aku benci manusia tak berhati! Aku tidak takut mengatakan hal yang benar.
Loreius
: (diam) Selena hebat, ya. (senyum)
Smyrna
: Menjauhlah dari Selena... Bocah! Berani-beraninya kau mendekati Selena...
Loreius
: Ka.. Kak Smyrna..
Smyrna
: Berani-beraninya kau mendekati Selena...
Loreius
: (gugup) Aku dan Selena hanya berteman, kok!
Selena
: Betul, kakak!
Smyrna
: Tak ada laki-laki yang tak terpesona dengan kecantikan Selena.
Loreius
: Sudah ya, Selena. Aku pergi dulu.
Smyrna
: Kau kabur, pengecut!
Selena
: Loreuis, lukamu...
Loreius
: Tak apa-apa!
Walau
tak tahan dengan sikap majikannya, tetapi Loreius tetap mengabdi padanya karena
itulah satu-satunya cara agar dia bisa bertemu dengan Selena. Majikannya, Tuan
Daios, sangat ingin memperistri Selena. Namun, hati kecil Loreius tak
menginginkan hal tersebut terjadi. Dalam renungannya di perjalanan pulang,
tiba-tiba Loreius menabrak seseorang.
Loreius
: Ah, maaf.
Sirix : (terjatuh)
Loreius : Eh... (jatuh bersama
Sirix : Kau tak apa-apa?
Loreius : Aku baik-baik saja...
Sirix : Oh, begitu... Syukurlah... (melihat
tangan Loreius) Kenapa lukamu itu?
Loreius : Oh... Majikanku ringan tangan.
Sirix : Parah, dagingnya koyak.
Loreius : Bukan luka parah. Lagipula budak
hanyalah barang.
Sirix : Darah yang merah membuktikan kalau kau
ini manusia. Jangan sebut dirimu barang. Kalau kau terluka, pasti ada orang
yang sedih.
Loreius : Tidak ada... (menunduk)
Sirix : Ada. Misalnya aku. (senyum)
Loreius : Hei, kita kan baru saja bertemu.
Sirix : (senyum)
Loreius : Kau orang aneh.
Setelah mengucapkan salam perpisahan, Loreius
teringat akan kata-kata pemuda tersebut. Loreius merasa ucapan laki-laki
tersebut seindah ucapan orang munafik, namun anehnya Loreius tidak merasa muak.
Karena saat melihat matanya yang lugu dan mendengar suaranya yang hangat,
Loreius yang terbiasa sendiri menjadi merasa kesepian.
Daios : Nora! Apa yang kau lakukan?! Kau
membuang masakan ke lantai! Padahal malam ini aku akan menjamu para Aedile!
Nora : Mohon Maaf, Tuan.
Daios : Kau ingin kubuang ke arena
pertarungan, hah!
Nora : Ja... Jangan, Tuan... Aku pasti akan
segera terbunuh...
Loreius : Tuan Daios. Lengan Nora sakit.
Daios : Lengan?
Loreius : Dia harus mengangkat masakan untuk 4
orang tamu sekaligus. Lengannya kecil, mana sanggup melakukannya...
Daios : Loreius... Kau betul-betul menganggu
pemandangan.
Akhirnya Loreius pun dihajar setengah mati.
Teringat akan kata-kata orang yang dia temui sore itu bahwa kalau dia terluka,
pasti ada orang yang bersedih. Namun Loreius tetap percaya bahwa tidak ada satu
orang pun yang akan sedih bila dirinya terluka.
Loreius : (Memejamkan mata, kemudian membuka
matanya lagi) Orang bodoh...
Sirix : Siapa yang bodoh! Syukurlah kau masih
hidup... Tadi aku lewat dan melihatmu pingsan... Aku bingung. Syukurlah... Kau
masih hidup.
Loreius : Kenapa...
Sirix : Kenapa malah tanya! Lagi-lagi kau
dianiaya majikanmu, ya!
Loreius : Tak apa-apa...
Sirix : Kenapa kau diam saja! Kau harus punya
semangat hidup! Karena kau hidup!
Laki-laki itu pun membawa Loreius ke rumah
tabib untuk diobati. Setelah itu Loreius pamit untuk pulang. Dan keesokan
harinya...
Loreius : Selena! Hari ini aku datang main.
Selena : Betul? Senangnya! Padahal kau tak
pernah datang kalau tidak di perintah. Ada apa? matamu berbinar-binar.
Loreius : Aku bertemu orang yang lucu. Aku
ingin mempertemukannya denganmu.
Selena : Pasti menyenangkan. Loreius, Lukamu
makin parah...
Daios : Ternyata begitu, ya... Loreius?
Loreius
: Tuan Daios
Daios : Kukira Selena tak memberiku jawaban...
Ternyata kau pura-pura menyampaikan hadiah, tapi malah menggoda pujaan hati
majikanmu.
Selena : Bukan! Loreius...
Daios : Kau melindunginya, Selena?
Menjengkelkan...
Loreius : Aku memang mengantarkan hadiah dari
Anda... Tuan Daios. Aku tak akan menyerahkan Selena padamu.
Daios : Kau... Dia penjahat besar! Tangkap
dia! Dia menipu Selena untuk berkomplot melawanku!
Selena : Tunggu, Loreius sama sekali tidak...
Daios : Selena kau beruntung. Kau akan jadi
istri Aedile berikutnya. (melihat kearah Loreius) Kuberi kau kesempatan
terakhir untuk hidup, Loreius. Meski tak ada kemungkinan untuk selamat...
Loreius dibawa ke arena pertarungan, dimana
semua penjahat akan di hukum mati dengan disaksikan oleh penduduk Pompeii.
Loreius bertekad untuk tetap hidup agar Selena tidak diambil oleh Daios. Namun,
betapa terkejutnya dia saat pemuda yang dikenalnya memasuki arena.
Narator : Inilah pertunjukkan utama hari ini!
Inilah petarung terkuat di Pompeii! Sirix Lucretius Fronto!
Penonton : Sirix! Sirix! Sirix! Sirix!
Loreius : Kau... Kenapa di sini... Kenapa
ksatria seperti kau ikut serta dalam pembantaian seperti ini! (bertarung)
Itu... mimpi? Ucapan dan senyumanmu waktu itu... Hanya ilusi! (bertarung) Tapi
gara-gara siapa... Aku jadi tak ingin mati... Aku... Tak akan mati! (diam)
Apa... Sirix... Sirix? (Sirix tertusuk)
Sirix : Apa... yang kau lakukan... Cepat tebas
aku!
Loreius : Kenapa kau...
Sirix : Aku berharap kau punya semangat hidup.
Tadi kau bilang kau tak ingin mati. Harapanku terkabul. Kau... Tak membiarkan
dirimu terbunuh.
Loreius : Kau memang bodoh... Ceroboh... Kalau
omonganmu selugu itu... Aku tak ragu lagi menikammu... (Loreius menikam dirinya
sendiri)
Setelah kejadian itu Sirix dan Loreius di bawa
ke tempat tabib. Mereka mendapatkan perawatan dari tabib dan 3 jam kemudian
Loreius mulai siuman.
Selena : Loreius... Syukurlah...
Loreius : Selena? Kenapa...
Selena : Tuan Raoul menyelamatkanmu.
Raoul : Huh... Aku tak pernah dengar ada orang
mau bunuh diri di arena pertarungan.
Loreius : Dia...! Sir...
Raoul : Kau semangat sekali, padahal perutmu
bolong.
Loreius : Sirix... Hidup?
Raoul : Ya, kau harus berterima kasih pada
Nona Aglaia Felix.
Loreius : Aglaia?
Selena : Beliau dari keluarga bangsawan
Pompeii. Dia mengatur agar kalian berdua tidak tewas.
Loreius : (menatap Sirix) Kalau kau berbuat
begitu... Terpaksa... Aku harus hidup demi kau.
Loreius yang tak punya semangat hidup, kini
jadi memiliki alasan untuk hidup karena Sirix. Setelah beberapa hari, luka
mereka sembuh. Mereka pun menjadi sahabat yang sangat dekat. Dan Nona Aglaia
mengangkat mereka menjadi pengawalnya.
Aglaia : Kenalkan. Namanya Dilos. Sejak
setengah tahun lalu dia mengabdi untuk keluarga Felix. Dilos, mereka Sirix dan
Loreius. Mulai sekarang, mereka mengabdi sebagai pengawal baruku.
Sirix : Mohon kerjasamanya.
Dilos : Nona Aglaia... Tolong jangan pungut anjing
menyedihkan lagi.
Sirix : Apa...
Loreius : Sabar, Sirix...
Pertemuan pertama Sirix dan Loreius dengan
Dilos berakhir singkat dan kurang menyenangkan. Sirix dan Loreius sering sekali
bentrok dengan Dilos karena mereka sangat bertentangan dengan Dilos.
Di suatu hari saat Sirix sedang berada di
puncak bukit. Loreius dan Aria datang mendekat.
Loreius : Sirix... Sirix!
Sirix : (kaget) Loreius. Aria.
Loreius : Kenapa kau bengong saja?
Aria : Ada apa, kakak?
Sirix : Ada perempuan di rumah tabib. Siapa
dia?
Loreius : Oh, Selena?
Sirix : Kau kenal dia?!
Loreius : Ya, dia terkenal dengan
kecantikannya. Banyak laki-laki berkerumun ingin di rawat. Gadis yang cantik
dan baik, seperti bidadari. (melihat Sirix) Naksir, ya?
Sirix : Eh?!
Aria : Ah, laki-laki itu!
Sirix : Siapa?
Aria : Kakak tak tahu apa-apa, ya! Dia Raoul
Lucius Verus, anak keluarga terhormat di Pompeii.
Loreius : (mendorong Sirix) Muncul saingan!
Sana ajak dia ngobrol, Sirix!
Sirix : Hei, aku tak usah...
Aria : Dia terkenal suka menggombali
gadis-gadis. Siapa saja boleh mengajak si cantik bicara, kan?
Loreius : Rebut dia dari tangan Raoul!
Sirix : Mana bisa!
Aria : Kakak, nanti Selena diambil laki-laki
itu!
Sirix : A... Apa...
Loreius : Ya, sudah kalau kau tak mau. Kita
latihan saja, Sirix. Aria, kau pulang saja duluan... (mengedipkan satu mata)
Tanpa banyak protes Aria pun pulang dan
Loreius pun berlatih pedang dengan Sirix, namun tiba-tiba Loreius memukul Sirix
dari belakang. Sirix pun pingsan dan tak sadarkan diri.
Loreius : Sirix. Sirix. Kau sudah siuman? Kau
tak apa-apa?
Sirix : Lo... Loreius? (melihat sekeliling)
Ini... Pompeii?
Loreius : Tentu saja! Kau shock karena
kepalamu kupukul, ya?!
Sirix : Eh iya, kepalaku nyut-nyutan.
Loreius : Hm, berarti aku memukulmu terlalu
keras.
Sirix : Kau yang memukulku?!
Loreius : (Tertawa)
Sirix : Jangan tertawa!
Selena : Kau sudah siuman? Aku datang untuk
memperbaiki perbanmu.
Sirix : Se... Selena...
Selena : Oh, kau tahu namaku?
Loreius : Tentu saja! Tiap hari dia melihatmu
dari bukit disana...
Sirix : (tersipu) Loreius!
Selena : (mengganti perban) semoga cepat
sembuh. Nah, aku pergi dulu.
Loreius : Bagaimana? Semua lancar, kan? Kalau
begini kau jadi kenal dengan Selena, kan.
Sirix : Loreius, kau sengaja...
Loreius : Nanti malam traktir aku ya.
Sejak saat itu, Sirix dan Selena pun menjadi
semakin dekat. Suatu hari Sirix yang tak dapat membendung perasaannya lagi
mencoba melamar Selena dengan cara datang menemui Smyrna, kakak kandung Selena
yang sangat membenci semua laki-laki yang berani mendekati Selena.
Smyrna : Berani sekali kau mengincar Selena-ku
yang manis.
Selena : Kumohon, kakak! Izinkan aku dan Tuan
Sirix...
Smyrna : Selena kau gadis yang baik membiarkan
anjing liar ini seenaknya. Tapi si anjing ini sudah besar kepala. Harus diberi
pelajaran
Selena : Hentikan! Tuan Sirix bisa mati!
Smyrna : Biar saja dia mati. Aku benci
laki-laki. Serangga ini tak pantas untukmu Selena. Biarlah Smyrna yang manis
ini... membuatmu jadi umpan singa.
Selena : Kakak! Kumohon hentikan. (memeluk
Smyrna)
Smyrna : Selena...
Selena : Kumohon kakak...
Smyrna : Huh. Sirix!! Aku akan mengizinkanmu
menikah dengan Selena... Itupun kalau kau menang bertarung melawan singa.
Sirix : Aku mengerti.
Sirix pun menerima tawaran tersebut. Jadwal
pertandingannya dengan singa lapar telah disebarkan ke seluruh kota oleh Raoul
sebagai keponakan Duoviri yang sedang berkuasa saat itu. Setelah mendapat kabar
tersebut Aria langsung menemui Raoul.
Aria : Kumohon, Tuan Raoul... Hentikan
pertandingan itu... Jangan paksa kakak bertarung dengan singa.
Raoul : Buat apa aku melakukannya. Kalau Sirix
mati, aku punya kesempatan mendapatkan Selena
Aria : Kenapa Anda...
Sirix : Aku takkan mati meninggalkan Selena
dan Aria. Kalau aku mati, kau juga akan kesulitan sebagai penyelenggaranya kan?
Raoul : Jadi kau bisa mengalahkan singa
terbuas?
Sirix : Tentu saja, aku tak akan membuat malu
nama ksatria Pompeii.
Raoul : Kalau begitu kusiapkan
pertandingannya. Aria, jangan hanya berkeluh kesah.
Aria : Apa...
Raoul : Sirix Lucretius Fronto tak akan ingkar
janji. Sayang sekali.
Raoul pun pergi berlalu. Sirix dan Aria pun
pulang kerumah mereka. Keesokannya harinya, hari dimana pertandingan
berlangsung. Sirix menang telak melawan singa itu. Smyrna tak dapat berbuat
apa-apa atas semua yang telah terjadi. Sirix dan Selena pun menikah dengan
upacara yang sederhana. Di bawah guguran kelopak bunga Almond yang menari
menghiasi kota Pompeii, bagaikan sayap malaikat. Upacara yang sederhana namun
begitu hangat. Loreius, Aria, Nona Smyrna, Tuan Raoul, Nona Aglaia, Dilos dan
tentu saja Selena, turut menyaksikan keindahan kota mereka tercinta. Namun
kebahagiaan mereka tak lama lagi sirna.
Tanggal 23 Agustus tahun 79, Kota Pompeii,
Italia. Kota itu dicekam hawa panas dan kesunyian yang tak tenang.
Selena : Tuan Sirix. Ada apa?
Sirix : Burung...
Selena : Huh?
Sirix : Tak ada burung. Suasana Gunung
Vesuvius beda dari biasanya... Untuk beberapa alasan... Aku punya firasat
buruk.
Terbebas dari pertarungan antar gladiator yang
berat, sekarang Sirix hidup sebagai pengawal keluarga Felix, dan menikah dengan
Selena.
Sirix : Selena. Aku takkan pulang malam ini,
kau akan baik-baik saja? Aku harus patroli jaga malam acara makan malam
keluarga Felix.
Selena : Ya.
Sirix : Kita jadi jarang bersama...
Selena : Tidak. Kita selalu bersama. Lagi pula
kakakku sudah datang.
Sirix : Kenapa kau datang setiap hari... Kakak
ipar Smyrna?
Smyrna : Kau keberatab? Selena yang malang
harus menikah dengan laki-laki tak berkuasa seperti ini. Ngomong-ngomong,
pemilihan Duoviri akan tiba -- Apa yang Aglaia lakukan?
Sirix : Ya. Ayahnya Tuan Gaius adalah kandidat
terkuat Duoviri selanjutnya. Malam ini, para calon duoviri dan duoviri saat ini
akan makan malam bersama. Nona Aglaia juga akan hadir sebagai anggota keluarga
Felix. Banyak yang bilang, Tuan Gaius didukung banyak orang karena kharisma
Nona Aglaia yang mendapatkan kepercayaan rakyat.
Smyrna : Tapi calon duoviri lainnya, Albanus
Britius. Sejak dulu tak pernah akur dengan keluarga Felix. Banyak kabar burung
tentang dia. Apa Aglaia akan baik-baik saja?
*Duoviri
= Dua orang yang paling berkuasa di Pompeii
Sirix : Untuk itu aku ada disana. Aku, Sirix,
akan melindungi Nona Aglaia... Dengan nyawaku.
Smyrna : Dengan nyawamu ya? Aglaia adalah
temanku yang berharga juga, tetapi... Jangan buang nyawamu hanya untuknya.
Sirix : Aku mengerti. Karena aku takkan
meninggalkan Selena sendirian. Dan, Nona Smyrna... Aku berharap bisa
melindungimu juga.
Smyrna : (Gugup) Aku... Aku tak butuh
perlindunganmu! Sana pergi!
Sirix : Ya. Aku akan pergi sekarang. (bow)
Thyna : Ah!
Sirix : Maaf!
Thyna : (menutup mata)
Sirix : Ada apa? Wajahmu terluka?
Selena : Thyna! Kamu datang!
Sirix : Selena, sepertinya wajahnya
terbentur...
Selena : Tidak, bukan itu. Dia temanku, dia
orang yang pemalu. Dia baik-baik saja.
Sirix : Baiklah, kalau begitu.
Di rumah keluarga Felix.
Sirix : Pestanya sungguh meriah.
Loreius : Tuan Gaius bahkan sedikit mabuk.
Sirix : Itu dia, Loreius. Salah satu calon
Duoviri. Albanus Britius. Keluarga Britius sudah lama bertentangan keluarga
Felix. Konon mereka terlibat politik kotor. Jangan lepaskan pengawasanmu
darinya malam ini.
Loreius : Oke. Hey, Sirix. Apakah Aria
baik-baik saja?
Sirix : Aria? Akhir-akhir ini dia sering
uring-uringan.
Loreius : Seperti dugaanku.
Sirix : Seperti dugaanmu?
Loreius : Karena Raoul baru saja menikah
beberapa hari lalu.
Sirix : Kenapa pernikahan Raoul ada
hubungannya dengan Aria?
Loreius : Sirix, kau sungguh tolol. Perhatikan
apa yang ada di sekitarmu!
Sirix : Aku mungkin kurang perhatian, pasti,
tetapi...
Aglaia : Kalian sangat akrab seperti biasanya.
Sirix & Loreius : Nona Aglaia.
Loreius : Oh ya! Fresko untuk kamar tidur Anda
telah selesai, Nona Aglaia. Pergi dan liatlah nanti, oke? Aku sangat
membanggakannya.
Aglaia : Baiklah, akan kulihat nanti. Kau
lebih cocok memegang kuas cat dibanding pedang..
Marcus : Nona Aglaia.
Aglaia : Tuan Marcus.
Marcus : Pesta makan malam yang mengesankan.
Sepertinya kita sudah bisa menentukan siapa duoviri yang baru. Kalau kau
menjadi milikku malam ini... Kupastikan kemenangan akan jatuh ketangan ayahmu.
Dilos : Maaf, Tuan Marcus. Mungkin Anda bisa
minum anggur di tempat lain?
Marcus : Lepaskan aku orang hina! Aku tidak
mabuk!
Dilos : Anda lelah? Anda harus beristirahat di
kamar.
Aglaia : Kau benar. Aku harus melihat hasil
karya Loreius juga.
Saat Aglaia sedang melihat-lihat hasil fresko
Loreius, Tak sengaja dia menemukan tubuh Tuan Marcus sedang bersender ke
dinding dengan luka tusukan di dada oleh belati milik Aglaia. Karena hal itulah
Aglaia di jebloskan dipenjara. Dia diduga telah membunuh Tuan Marcus.
Sirix : Itu perangkap! Mana mungkin Nona
Aglaia membunuh orang!
Loreius : Nona Aglaia telah di penjara. Kurasa
kita tak bisa bertemu dengannya.
Sirix : Aku takkan membiarkan hal ini terjadi!
Ayo Loreius
Loreius : Ya!
Sirix dan Aglaia menyusup kedalam penjara.
Tiba-tiba Sirix mendengar suara Seseorang.
Lissa : Kau sangat tidak beruntung, Nona
Aglaia. Untuk terlahir di keluarga Felix. Takdir yang menyedihkan...
Aglaia : Takdir? Memanipulasi takdir dengan
membunuh seseorang dan menjebakku?
Lissa : Aku tak membunuh siapapun. Aku tak
meninggalkan tempatku selama pesta.
Aglaia : Kau menyuruh bawahanmu untuk
melakukannya! Jika aku dituduh sebagai kriminal posisi ayahku untuk menjadi
Duoviri akan berakhir. Itukah rencanamu?!
Lissa : Kau terlalu banyak di cintai. Aglaia
yang baik hati. Itu membuatku ingin muntah. Jadi, aku menanam bibit beracun...
Di tempat yang paling dekat denganmu.
Aglaia : Bibit?
Lissa : Bukankah kau menyayanginya? Bibitku,
Dilos Britius.
Aglaia : (shock) Di... Los...
Lissa : Orang yang berada disisimu, mendapat
kepercayaanmu, membunuh seseorang di ruanganmu, menjebakmu... Yang melakukan
itu semua adalah anakku, Dilos!!!
Dilos : Siapa disana?! ...Kalian berdua...
Sirix : Dilos, katakan padaku... Katakan
padaku bukan itu maksudmu mendekati Nona Aglaia!!!
Dilos : Tidak. Semua... demi perangkap untuk
keluarga Felix. Sesuai perintah!!
Lissa : Bunuh mereka, Dilos. Buat aku bangga.
Bunuh mereka!!
Aglaia : Sirix!!
Sirix : Kenapa? Untukmu, Nona Aglaia...
Dilos : Tutup mulutmu!
Sirix : Bagaimana bisa kau... Padahal... Aku
masih menganggapmu sebagai teman...!!
Aglaia : Sirix!!
Loreius : Sirix. Pergi! Pergi dan katakan pada
Duoviri bahwa Nona Aglaia tidak bersalah! Aku akan melawan Dilos untukmu!
Sirix : Aku akan kembali secepatnya... Jadi
lebih baik kau tidak mati!!
Sirix pun pergi meninggalkan Loreius. Dia
sangat berharap Loreius bisa bertahan. Namun, saat hendak mencari Duoviri,
tiba-tiba Pompeii bergetar. Dari arah Gunung Vesuvius terlihat asap hitam dan
suara raungan yang keras. Tidak ada orang yang tahu bahwa hari itu akan menjadi
hari terakhir kota Pompeii yang mereka sayangi.
Raoul : Sirix!
Sirix : Ra... oul... Tuanku Raoul! Dimana Tuan
Claudius?
Raoul : Pamanku sedang mengumpulkan informasi
untuk situasi ini.
Sirix : Awas!! Apakah Anda baik-baik saja...?
Raoul : Ya... Sirix, kau terluka...
Sirix : Aku baik-baik saja. Tetapi Nona
Aglaia...
Raoul : Apakah kau mengerti apa yang sedang
terjadi, Sirix? Lihat sekelilingmu! Pompeii akan hancur.
Sirix : Tetapi, Nona Aglaia...
Raoul : Bagaimana dengan Selena? Mungkin saja
dia masih menunggumu kembali. Apakah aku salah? Pilih Sirix. Kau hanya bisa
melindungi satu hal.
Sirix : Jika saya meninggalkan mereka
sekarang... Aku takkan pernah memaafkan diriku.
Raoul : (tersenyum) Bawa ini bersamamu. Kunci
penjara Aglaia.
Sirix : Ap...
Raoul : Sirix Lucretius Fronto. Kau orang yang
sangat menarik. Kita akan bertemu lagi.
Sirix : Ya...! Ya, lagi...
Dengan kunci pemberian Raoul Sirix pun berlari
kembali ke tempat Aglaia dan Loreius berada. Namun tiba-tiba dia mendengar
suara Selena.
Selena : Tuan Sirix!
Sirix : Selena! Selena!!
Selena : Tuan Sirix.
Mereka pun bertemu dan kembali kerumah mereka.
Sirix : Dimana Aria?
Selena : Dia baru saja pergi, dia bilang ingin
mencari Tuan Raoul.
Sirix : Selena, larilah kau bersama yang lain
ke pelabuhan. Aku masih harus pergi.
Selena : Aku akan menunggumu disini.
Sirix : Mungkin aku tak akan kembali!
Selena : Kalau begitu... Aku juga tak akan
berada di dunia ini sedetik lebih lama. Kalau kau ingin aku hidup, kembalilah
padaku. Tuan Sirix adalah alasan aku dilahirkan. Aku akan menunggumu selamanya
Kemudian Sirix berlari menuju penjara bawah
tanah tempat Aglaia dan Loreius berada, dan hal mengejutkan pun terjadi.
Aglaia : Sirix, Loreius... Selamatkan
Loreius...
Sirix : Loreius!!
Loreius : Sirix... Tenang saja, aku belum
mati.
Sirix : Dilos.
Loreius : Dilos tidak melakukannya. Karena
Dilos tidak bergerak, perempuan itu yang menusukku.
Setelah mendengar penjelasan Loreius. Sirix
pun melepaskan rantai yang mengikat Aglaia kemudian membawa Loreius pergi.
Namun sebelum sempat keluar, atap ruangan tersebut runtuh. Dengan sengaja
Aglaia melempar Sirix dan Loreius keluar. Dia berpesan pada Sirix untuk menjaga
Loreius dengan baik.
Loreis : Sirix... Aku baik-baik saja. Pergilah
ketempat Selena.
Sirix : Kita akan pergi bersama.
Loreius : Sirix, aku mohon. Aku ingin kau
bahagia... Aku ingin kau dan Selena bahagia. Aku sudah cukup... baha... gia.
Sirix : Loreius?!
Thyna : Kau berlumuran darah. Kau bisa
bergerak?
Sirix : Tidak, aku...
Thyna : Aku akan membawamu ketempat Selena.
Karena aku tahu jalan walau ditempat yang gelap sekalipun.
Sirix : Huh?
Thyna : Aku teman Selena. Kota ini akan
hancur. Walaupun aku mati, itu tidak berati bagiku. Aku tak perlu repot-repot
melarikan diri. Tetapi Selena... Ada apa?
Sirix : Aku tak bisa pergi kesana.
Thyna : Kau Sirix kan? Kau takkan pergi dimana
Selena berada? Atau kau ingin bilang bahwa ada hal yang lebih penting daripada
Selena?! Sirix...?
Sirix : Kau teman Selena kan? Kau mungkin akan
berpikir aku tak bertanggung jawab namun, jika kau tak berniat pindah dari kota
ini maukah kau tetap berada di sisi Selena? Jangan biarkan dia mati sendirian
sambil menungguku yang tak pernah kembali. Aku mohon.
Thyna : Aku... sangat iri terhadap Selena.
Cantik, baik, bisa menikahi orang sepertimu. Mungkin orang sepertiku masih bisa
berguna untuk beberapa orang. Aku harus berada di sisi Selena kan?
Sirix : Kau...?
Thyna : Aku Thyna. Terima kasih. Untuk pertama
kalinya dalam hidupku... Aku telah diberi sebuah tugas.
Sirix : (Mati)
Thyna : Disini. Sebelah sini. Selena, cepat!
Selena : Tuan Sirix! Loreius!
Thyna : Benar kan?
Selena : Semua berkatmu yang berkata "ayo
pergi" dan menarikku kemari, Thyna.
Thyna : Itu tugas yang diberikan Sirix padaku.
Selena : Terima Kasih, Dewa.
Tidak ada satu orang pun yang selamat dari
kejadian itu. Abu vulkanik Gunung Vesuvius menimbum kota Pompeii yang mereka
cintai. Cerita ini hanyalah fiksi belaka, namun kota Pompeii bukanlah fiksi.
Pompeii merupakan kota kuno yang tertutup abu selama 16 abad di Italia. Cerita
tragis Pompeii yang penuh dengan kemerosotan moral berakhir pada 23 Agustus 79
Masehi.
-End-
Waduh..
panjang amat ya? :o
Daku lupa
durasinya berapa, yahh, itung aja sendiri oke! :D
Nyahaha! Jya nee~!
Regards,
Kya
hahahaha
BalasHapuswuohh, wuohh, wuohh XO
BalasHapuskita kedatangan tamu :D
welcome to CaeLeaCeaR, Bang Yusuf pemeran Sirix Lucretius Fronto ;D