CaeLeaCeaR

~Cerita bahagia saat kita bersama dan duka saat kita berpisah~

Kamis, 20 Juni 2013

Luka Pengkhianatan


-LUKA PENGKHIATAN-

Kesendirian bukanlah hal besar bagi Sara, walau kesendirian itu terkadang menyakitinya, tetapi Sara bukanlah tipe orang yang suka bergantung kepada orang lain. Kadang-kadang dia merasa nyaman akan kesedirian itu. Temannya tidak terlalu banyak, mungkin dari seluruh teman yang dia miliki, dia hanya mempercayai tiga orang saja, yakni Hana, Hime dan Ringo.
Sejujurnya diantara mereka bertiga Sara sungguh kurang suka pada Ringo. Ringo tipe orang yang memiliki dua sisi, kadang-kadang sangat baik dan kadang-kadang sangat menyebalkan. Berbeda lagi dengan Hime, Hime tipe orang yang menganggap semua masalah itu biasa aja, ya, karena dia selalu menyimpannya sendiri. Hana, tipe yang bertolak belakang dengan Hime, daripada menyembunyikan atau menutupi masalahnya dia lebih suka jujur dan berterus terang apa adanya. Itulah yang kusukai dari Hana.
Sara selalu berbagi masalahnya ke Hime dan Hana terlebih dahulu daripada dengan Ringo. Sekarang, Sara sedang terjerat oleh tali cinta. Seseorang yang baru dekat dengannya membuat Sara jatuh hati. Raxe, begitulah orang-orang memanggilnya. Tidak ada yang spesial dari Raxe, tetapi ada sesuatu yang dimiliki Raxe yang membuat Sara tertarik.
Suatu hari, Raine membawa kabar yang mengejutkan Sara. Raine, teman dekat Raxe berkata bahwa Ringo memberitahu pada Raxe kalau Sara menyukainya. Sara yang diambang pintu percaya dan tidak percaya, langsung memainkan alis sambil menatap Ringo. Ternyata hal itu hanya membuatnya kesal tanpa meruntuhkan sedikit pun rasa percayanya pada Ringo-karena Sara tidak terlalu yakin kabar itu benar atau salah.
Tetapi sejak saat itu, Ringo menjadi akrab dengan Raxe-sejujurnya-tidak ada rasa cemburu yang Sara rasakan. Ini mungkin dikarenakan kepercayaan Sara pada Ringo yang masih sangat kuat. Tetapi semakin hari Ringo makin sering mengobrol dengan Raxe di kelas. Sara bukan tipe orang yang langsung berpikir negatif.
Tepat sehari setelahnya, dia mendapat kabar lagi dari Hana yang sama persis seperti apa yang Raine katakan sebelumnya. Mengetahui kebenaran yang ada Sara pun di penuhi amarah, tetapi dia tidak meluapkannya saat itu juga. Dia lebih memilih menjaga jarak dengan Ringo agar emosinya tidak keluar.
Di sekolah, Sara berusaha mati-matian menahan seluruh amarahnya. Ketika sampai dirumah di langsung menonaktifkan handphone’nya dan tidur. Sara dibangunkan oleh suara adiknya yang baru pulang dari tempat lesnya. Ketika Sara sudah yakin dia benar-benar sudah bangun, Sara dengan gesit mengaktifkan handphone’nya. Dia tidak terlalu terkejut keetika mendapat pesan dari Raxe. Seperti biasa dia membalas pesan itu.
Sekitar 2 jam kemudian, Raxe ingin mengajukan pertanyaan pada Sara, sejujurnya Sara langsung merasakan bad feeling dan apa yang dikhawatirkan Sara akibat ulah Ringo, benar-benar terjadi. Sara yang dikuasai oleh kepanikan, kembali diambil alih oleh amarahnya, Sara berpikir untuk tidak menjawabnya tetapi dengan pemikirannya yang sedikit lebih unggul dia langsung membalas pesan Raxe dengan nada ketus-mungkin karena amarahnya-kemudian Sara kembali menonaktifkan hanphone’nya. Setelah makan, Sara hanya membaca novelnya hingga dia mengantuk-novel bisa meredam amarahnya-walau hanya sesaat.
Keesokkan harinya, Sara sering sekali menghela nafas. Hime, Hana dan Raxe pun terkena getah karena rasa kesalnya pada Ringo. Meski dia tetap tersenyum pada Ringo dan yang lainnya-kecuali Raxe-Sara tetap belum sanggup untuk menatap mereka semua.
Perubahan mood Sara dirasakan juga oleh Karren dan Hime, mereka bilang bahwa Sara kelihatan lesu. Tetapi Sara hanya membalasnya dengan senyum kecil. Sesungghnya hari itu Sara sedang sangat terluka daripada marah, bukan karena kemungkinan kecil untuk mendapatkan Raxe, tetapi karena Ringo mengkhianati kepercayaannya. Sara mungkin membenci Ringo, tapi Sara yakin rasa benci itu hanyalah sementara.
Sara manangis dalam kesendirian dan keramaian kelas, Sara menangis bukan karena tahu akan kehilangan Raxe, tetapi dia menangis karena rasa sakit dari luka itu tak kunjung sembuh. Lukanya yang tidak mengeluarkan darah itu masih sangat perih.
Hal yang bisa membuatnya bertahan sendirian bukanlah amarah tetapi rasa sakit dan rasa perih yang dia rasanya. Hari itu, Sara telah menjadi Sara yang lain. Dia menjadi Sara yang bisa mengendalikan seluruh perasaannya. Dia menjadi seorang Sara yang tenang dan pendiam.
Entahlah apa yang akan terjadi pada persahabatannya dengan Ringo. Tetapi satu hal yang baru Sara sadari, tidak seharusnya dia mempercayai seseorang 100%-kecuali dirinya sendiri-dalam situasi sesulit atau sesedih apapun.
Ada dua jalan yang bisa Sara ambil, pertama, tetap seperti ini, tetap berkomunikasi tetapi sedikit menjaga jarak atau kedua, dia bisa berpura-pura apa yang telah terjadi itu tidak pernah terjadi sama sekali. Mungkin untuk saat ini Sara akan memilih jalannya yang pertama.
Jalan manapun yang akan dipilih Sara, sebanyak apapun Sara terjatuh aku yakin Sara pasti bisa melewatinya, karena Sara adalah aku. (Tamat).

*cerita ini hanya fiksi, kesamaan cerita atau tokoh hanya kebetulan semata


Cerpen ini dibuat saat lagi marah ma seseorang yang dengan sengajanya open secretku ke orang yg bersangkutan -,-
Tapi udah lama damai kok ma orangnya :D
Haha, enjoy ya!


Regards,
Kya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar