CaeLeaCeaR

~Cerita bahagia saat kita bersama dan duka saat kita berpisah~

Kamis, 20 Juni 2013

Kebohongan Sang Butler


-KEBOHONGAN SANG BUTLER-

Dahulu, ada seorang Putri yang tinggal di istana tengah air. Istana itu berdiri di tengah-tengah danau yang sangat indah, di kelilingi keramaian pusat kota yang diselingi pepohonan. Di istana Putri selalu merasa kesepian walau 7 orang temannya selalu datang untuk bermain.
Putri yang selalu terlihat sedih membuat khawatir teman-temannya. Saat ditanya Putri hanya diam dan tersenyum. Sampai suatu hari dataglah seorang pemuda bernama Hazley Arck. Awalnya Putri tidak berminat dengannya, tetapi setelah mengenalnya Putri merasa nyaman saat bersamanya. Pada akhirnya Hazley pun di angkat menjadi Butler khusus Putri.
Hazley orang yang ramah dan berwibawa, karismanya yang kuat dan sifatnya yang dewasa membuat Putri menyukainya. Pertemuannya dengan Hazley membuat teman-temannya merasa lega karena Putri menjadi lebih ceria.
Walau teman-teman Putri tidak terlalu mengenal Hazley, tetapi mereka sangat yakin bahwa Hazley orang yang sangat baik. Hari demi hari pun berlalu, Putri dan Hazley menjadi sangat dekat dan akrab. Putri memiliki tunangan dari Pangeran negeri tetangga bernama Rafael Yathror. Putri tahu Rafael benar-benar tulus mencintainya, dan Putri pun juga menyayanginya, tetapi pertemuannya dengan Hazley membuat Putri menjadi goyah. Rafael dan Hazley adalah orang yang sangat berbeda, mereka sangat berlawanan, tetapi Putri menyayangi mereka berdua, dan tak ingin melepas mereka.
Saat sepi, Putri sering sekali memandangi kota dari jendela kamarnya, membuka lebar jendela itu sambil memandang langit kemudian menikmati kue-kue kering dan teh yang selalu di sediakan Hazley saat Tea Time.
“Tuan..” kata Putri perlahan. Hazley hanya diam dan memandang heran kepada Putri.
“Mulai sekarang aku akan memanggilmu dengan kata “Tuan” , sebagai rasa hormatku padamu” lanjutnya dengan nada datar.
“Putri? Apa maksud Anda?” tanya Hazley heran. Tetapi Putri tidak menjawab apapun, dia hanya diam sambil memandang langit biru yang berhiaskan awan-awan putih. Dalam keheningan itu, tiba-tiba seorang prajurit datang.
“Permisi Yang Mulia, ada tamu yang datang untuk Tuan Arck.” kata prajurit itu kemudian keluar dari ruangan dengan tenang.
“Saya permisi sebentar, Putri” bisik Hazley kepada Putri, kemudian melepaskan sarung tangannya dan pergi. Putri yang penasaran dengan tamu itu pun mengikuti Hazley dari belakang, Putri menyuruh semua prajurit diam jika dia mengikuti Hazley.
Tiba-tiba Putri tertegun melihat seorang gadis cantik nan manis yang sedang berbicara dengan Hazley. Dia tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya, mereka yang terlihat sangat akrab membuat sesak hati sang Putri.
Dengan penuh keberanian Putri berjalan maju dengan anggun, mendekati mereka secara perlahan sambil mencoba tenang. Sadar dengan kehadiran seseorang, Hazley langsung menoleh kebelakang.
“Putri?” tanyanya dengan muka terkejut.
“Ya, Tuan?” jawab Putri dengan nada setenang mungkin.
“Apa yang Anda lakukan disini? Bukankah sebaiknya Anda menunggu di kamar?” tanyanya sambil melangkah mendekati Putri.
“Aku bosan di kamar. Saat sedang melihat-lihat aku tak sengaja bertemu denganmu. Berniat mengagetkanmu, tetapi kamu telah menoleh duluan” jawabnya pura-pura kesal.
“Lalu, siapa dia, Tuan?” lanjut Putri.
“Ah, ya. Dia teman saya, Putri. Namanya Vanya Drawner.” jelas Hazley singkat. Kemudian Putri berjalan mendekati Vanya dan menatapnya.
“Kamu manis sekali. Seperti indahnya bulir-bulir putih pada gula” kata Putri sambil tersenyum. Walau tersenyum dia merasakan hal aneh, rasanya sungguh sesak di dada. Lebih sesak daripada saat dia memakai korset ketat. Tetapi seperih apapun yang dia rasakan, Putri berusaha untuk tetap tenang.
“Putri bisa saja. Jika dibandingkan dengan Putri, saya masih belum ada apa-apanya.” jawabnya sambil tersipu
“Bukankah tidak baik jika membandingkan diri sendiri dengan orang lain? Benarkan, Tuan?” tanya Putri dengan nada menyinggung.
“Apa kamu tahu, seluruh putri-putri Raja yang pernah kesini, tidak pernah mendapatkan pujian dariku. Mengapa? Karena mereka tidak memiliki kecantikan dalam hati mereka. Yang mereka inginkan hanyalah harta dan kekayaan. Dan dirimu benar-benar cantik luar dan dalam” lanjutnya sedikit ketus tetapi sopan.
“Putri juga seperti itu” kata Hazley tiba-tiba.
“Iya. Putri orang yang sungguh cantik. Tidak hanya dari luar, tetapi di hatinya pun begitu. Saya sangat yakin itu” sambung Vanya dengan senyum lembut.
“TIDAK! Aku tidak sebaik yang kalian kira. Vanya, sebaiknya kamu pulang, sebentar lagi gelap. Tuan, tolong bersihkan kamar, remah-remah roti mengotori mejaku” kata Putri tegas kemudian pergi dengan anggun.
“Dia tidak terbiasa dengan orang asing” jelas Hazley sesaat, kemudian megantarkan Vanya sampai di depan gerbang.
Saat malam tiba Putri tidak berkata apapun. Dia hanya diam dan melamun di kamarnya. Hazley sedikit bingung dengan perubahan sikap Putri. Saat bertanya, Putri hanya diam dan tersenyum kemudian bilang dia ingin tidur.
Saat Putri terlelap, Hazley diam-diam masuk ke kamarnya. Hazley terkejut melihat Putri tertidur sambil menangis, kemudian dia mengusap air mata yang mengalir dan mengelus kepala sang Putri dengan perlahan. 
“Apa yang sebenarnya terjadi, Putri? Saya benci melihatmu seperti ini.” bisiknya perlahan, kemudian pergi meninggalkan kamar. Putri yang menyadari kedatangan Hazley, terus menangis dalam keheningan. Putri sendiri tidak tahu mengapa dia menangis, dia hanya merasa hatinya sungguh perih bagai tercabik-cabik.
Esok harinya, Hazley menemani Putri seperti biasa, tetapi hari itu sungguh berbeda karena sejak pagi Putri tidak bercerita apapun tentang moodnya hari itu. Ataupun tentang sesuatu yang dia alami. Putri hanya diam, dan hanya berbicara saat sedang membutuhkan sesuatu.
Saat mereka sedang berjalan-jalan di kebun mawar, Putri melihat Vanya yang sedang menunggu di gerbang. Tanpa berkata apapun Putri kembali ke istana dan kembali ke kamar. Dia hanya bilang ingin istirahat di kamar sendirian pada Hazley. Dan Hazley pun hanya dapat mengangguk.
Dari jendela kamar, Putri dapat melihat Vanya dan Hazley berbicara sambil bercanda. Keakraban mereka lagi-lagi membuat Putri merasa tersakiti. Melihat mereka yang sungguh akrab, Putri langsung naik ke tempat tidurnya dan tertidur karena kelelahan.
Saat pagi menjelang, tercium wangi roti panggang berselai cokelat seperti kesukaan Putri.
“Pagi, Putri. Sepertinya Anda sangat kelelahan ya? Anda tertidur sangat nyenyak” Putri menoleh ke arah suara tersebut. Ternyata Hazley sedang menuangkan susu putih ke dalam cangkir.
“Pagi, juga” jawab Putri singkat kemudian menarik selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Hazley berjalan mendekati Putri dan menarik selimut.
“Putri tidak boleh jadi orang yang pemalas. Kalau Putri tidak sarapan, nanti Putri bisa sakit” kata Hazley dengan nada khawatir.
“Aku tidak lapar” jawabnya singkat sambil menarik selimutnya lagi. Hazley yang sedikit kesal langsung mengangkat Putri beserta selimutnya ke meja makan.
“Makanlah walau hanya sedikit. Atau perlu saya suapi, Putri?” kata Hazley sambil memandang wajah Putri.
“Baiklah. Tetapi, Tuan.. bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Putri sambil menunduk.
“Tentu saja, apapun untuk Putri” jawab Hazley sambil mengelus kepala Putri.
“Apa.. Apa Tuan menyukai Vanya?” tanya Putri ragu.
“Aa.. Putri?” Hazley yang bingung berpikir sejenak dan menenangkan diri.
“Kami tidak ada hubungan apa-apa. Kami hanya sebatas teman, tidak lebih” lanjut Hazley. Setelah mendengar kata-kata Hazley, senyum Putri mekar kembali. Tetapi keraguan masih membayangi hatinya.
“Benarkah? Aku mau Tuan jujur” tanya Putri lagi. Kali ini Hazley hanya tersenyum dan mengangguk. Dan senyuman itu membuatnya yakin.
Saat hari menjelang siang, Vanya datang ke istana. Putri yang melihat Vanya dari ruang bacanya tiba-tiba terkejut dengan sifat Hazley yang berbeda. Putri percaya pada Hazley, tetapi tatapan berbeda Hazley kepada Vanya membuat Putri ragu lagi. Rasa perih di hatipun terasa lebih menyakitkan. 
Seminggu setelah penderitaan itu berlangsung, Putri harus menemui Rafael untuk pertemuan kerajaan. Putri menyuruh Hazley untuk tetap tinggal di istana karena mungkin Vanya akan datang. Sebenarnya itu berlawanan dengan hatinya tetapi dia terpaksa melakukannya tanpa alasan apapun. Sekarang, dia akan terpisah dari Hazley selama 2 minggu.
Di hari terakhir sebelum Putri pergi dia sempat bertanya pada Vanya mengenai perasaannya pada Hazley, hasilnya sama. Vanya bilang bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa, mereka hanyalah teman. Hal itu membuat Putri benar-benar sangat lega. Saat mengetahui hal itu, Putri langsung memanggil Hazley dan bilang bahwa sekarang dia tidak ragu lagi. Putri mengakui bahwa mereka hanyalah teman tidak lebih. Setelah semuanya selesai, Putri pun dapat pergi dengan hati lega.
Setelah 2 minggu berlalu, akhirnya dia kembali ke istananya. Sungguh hari-hari yang sangat melelahkan. Walau lelah tetapi dia senang karena dia tidak melihat perubahan dari diri Hazley. Hazley terlihat sama saat dia meninggalkannya.
Hari-hari yang biasa pun telah kembali, Putri kembali ceria, semuanya kembali normal. Sampai tiba-tiba Putri merasa terpuruk dan selalu berpikir untuk bunuh diri. Melihat Putri yang seperti itu, Hazley merasa sedih.
“Putri, kenapa Anda selalu berpikir seperti itu?” tanya Hazley dengan nada khawatir.
“Entahlah. Aku tidak tahu” jawab Putri singkat.
“Mungkin teman saya bisa membantu. Aa, sebenarnya bukan teman lagi sih” kata Hazley gugup.
“Ee? Bukan teman lagi? Siapa?”tanya Putri penasaran.
“Vanya. Dia pernah mengalami hal yang sama dengan Putri” kata Hazley singkat.
“Vanya? Kenapa kalian bukan teman lagi? Apa kalian sudah menjalin hubungan?” tanya Putri bercanda.
“Putri pura-pura tidak tahu ya?!” jawab Hazley tersipu.
“Hee? Kalian benar-benar pacaran?” tanya Putri khawatir.
“Hehehe, Iya.” Jawab Hazley dengan malu-malu. Deg! Tiba-tiba Putri tersentak kaget dalam hati, hatinya bagai terkoyak menjadi 1000 serpihan kertas.
“Dasar! Berani sekali kalian membohongiku! Hahaha” Putri tetap tersenyum walau hatinya hancur. Dia tetap bersikap tenang.
“Ya. Maaf” jawab Hazley singkat. Tetapi saat malam tiba Putri menangis terus menerus. Dia sedih bukan karena mereka telah menjalin hubungan, Putri sangat sedih karena kebohongan yang mereka lakukan. Kebohongan itu sungguh menyakitinya.
“Kenapa? Kenapa aku bisa mempercayainya?” desah Putri sambil tersedu-sedu.
“Sudah cukup! Kalian sudah terlalu dalam menyakitiku. Aku sudah tidak sanggup lagi!” lanjutnya sambil terus menangis. Tangisan Putri terdengar oleh Hazley yang sedang berkeliling.
“Putri?!” panggilnya saat melihat Putri sedang menangis.
“Ada apa, Putri?” tanyanya dengan nada khawatir. Kemudian Putri berlari dan memeluk Hazley dengan kuat. Hazley membalas pelukan itu dengan kuat juga. Semalaman Putri tak henti menangis. Pada akhirnya dia tertidur karena kelelahan menangis.
Esok harinya, saat dia membuka mata, orang yang pertama yang dia lihat adalah wajah Hazley yang pucat karena khawatir. Tetapi Putri hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Berkali-kali Hazley bertanya, Putri hanya diam tanpa bicara satu kata pun.
“Apa Tuan tahu bahwa aku menyukaimu?” tanya Putri dengan nada ingin menangis. Hazley yang terkejut tidak bisa berkata apa-apa lagi. Melihat Hazley yang seperti itu, Putri hanya tersenyum sendu.
“Terima kasih atas kebohonganmu. Tega sekali Tuan membohongiku hanya untuk menjaga perasaan Tuan. Vanya juga begitu! Hahahaha, terima kasih ya” kata Putri sambil tertawa. Hazley hanya menunduk menyesali ketidaktahuannya.
“Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Tetapi Tuan, aku sudah tidak kuat bila Tuan ada di sekelilingku!” kata Putri sambil bergetar.
“Aku akan memindahkan Tuan ke istana tempat Ayahanda dan Ibunda. Aku tidak bisa lagi menerima, Tuan. Aa, Bukan. Maaf, aku sudah tidak bisa lagi menerima Hazley menjadi Butlerku” lanjut Putri sambil berlinang air mata. Hazley hanya mengangguk dan pergi. Saat pintu tertutup Putri langsung melempar bantal ke arah pintu.
“Hazley pembohong! Pembohong besar! PEMBOHONG!” desah Putri sambil berderai air mata. Hazley yang masih berada di depan pintu hanya diam mematung dan tanpa sadar juga meneteskan air matanya.
“Bukankah Butler telah bersumpah setia kepada majikannya? Tetapi kenapa dia membohongiku?” lanjut Putri sambil tersedu-sedu.
“Haha, tak ku sangka akan sangat menyakitinya. Maaf, Maaf Putri. Maafkan Butlermu yang bodoh ini” desah Hazley kemudian pergi.
Sekarang Putri tidak pernah mau memiliki Butler. Karena kebohongan Hazley’lah yang membuat Putri membenci semua Butler. Kebohongan sang Butler yang takkan pernah dia lupakan. (Tamat).

*cerita ini hanya fiksi, kesamaan cerita atau tokoh hanya kebetulan semata


Hahaha, cerpen yang dibuat saat lagi tergila-gila ma seseorang, alay banget ya?
Kelas 2 SMA buatnya klo ga salah -v-
Jya nee!


Regards,
Kya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar